TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
Teknologi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu
pengetahuan demi kepentingan dan kesejahteraan. Teknologi tidak terlepas dari
sumber daya manusia dan sumber daya alam demi membangun kemandirian suatu
bangsa dan ini hanya bisa dicapai kalau masyarakatnya menguasai teknologi.
Keberhasilan teknologi dapat diukur dari empat faktor yaitu:
a) Teknologi
harus menghasilkan nilai lebih, mempunyai kemampuan yang semakin
bervariasi ntuk memenuhi keperluan yang
makin beragam, hemat dalam menggunakan sumber daya termasuk energi.
b) Teknologi
harus menghasilkan produktivitas ekonomi atau keuntungan finansial. Salah satu
cara untuk menghitung produktivitas teknologi adalah menghitung rasio output
rupiah. Teknologi yang tidak menghasilkan keuntungan atau nilai
produktivitasnya kurang dari satu, disebut nonperforming atau tidak
berkinerja; biasanya teknologi ini perkembangannya tidak berkelanjutan (sustainable).
c) Teknologi
harus dapat diterima oleh masyarakat pengguna; hal ini dibutuhkan agar
bermanfaat bagi pengguna, disukai, mudah digunakan dapat diperoleh dengan mudah
dan tidak bertentangan dengan kebiasaan pengguna, secara sosial, teknis dan
ekonomis dapat diterima.
d) Teknologi
harus serasi dengan lingkungan agar keberadaannya dapat diterima oleh
masyarakat penggunanya serta berkesinambungan.
Industri dalam arti luas adalah penggunaan teknologi dalam
memanfaatan sumber daya (sumber daya alam dan sumber daya manusia) yang
tersedia secara efektif dan efisien serta menghasilkan kualitas yang memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
Teknologi
Industri Pertanian Dalam Pembangunan
Peranan dan pengaruh teknologi dalam perekonomian dunia
dirasakan penting pada saat ini, alasannya adalah bahwa teknologi merupakan
salah satu faktor penting bagi keunggulan-keunggulan negara maju yang mempunyai
dasar industri yang kuat. Teknologi digunakan pula sebagai kunci untuk
menguasai penggunaan kekayaan alam dan pengembangan industri yang didukung oleh
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi . Teknologi dan kualitas sumber daya
manusia seperti dua belah mata uang; tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya, karena manusia adalah pelaku dari teknologi. Dengan perkataan lain
agar pertanian dapat kokoh dalam menunjang sektor industri maka petani sebagai
sumber daya manusia dan pelaku di sektor pertanian seyogyanya menguasai
teknologi walaupun teknologi tersebut adalah teknologi sederhana atau teknologi
tepat guna.
Landasan teknologi pertanian yang mempunyai landasan tradisi
baru perlu dikembangkan pertanian yang
mengarah pada industri yaitu efisiensi, produksi komoditi pertanian yang
berkualitas serta menjaga keberlanjutan produk tetap harus dicapai. Efisiensi
pada sektor pertanian haruslah dimulai dari teknologi pra panen, teknologi
panen dan teknologi pasca panen.
Pengembangan teknologi pertanian haruslah menuju kearah
industri agar nilai tambah tinggi; memang hal ini tidaklah semudah membalik
telapak tangan, mengingat kurang siapnya sumberdaya manusia yang tersedia
sebagai pelaku teknologi. Menurut Nurpilihan (2002), pekerja disektor pertanian
umumnya berpendidikan rendah; sekitar 50 persen hanya tamat sekolah dasar,
sehingga keadaan ini sering sekali menghambat teknologi baru yang akan
diterapkan. Faktor lain yang juga menghambat perkembangan teknologi industri
adalah belum optimalnya peta kebutuhan teknologi di setiap daerah yang
mempunyai komoditi unggulan daerah. Penerapan teknologi yang akan
diintroduksikan pada masyarakat sasaran seyogyanya dapat berdayaguna dan
berhasilguna, maka untuk ituperlu dikembangkan teknologi pertanian yang
merupakan pengembangan dari teknologi
yang sudah ada dan sudah dikenal pada masyarakat sasaran. Dalam era persaingan
global ini timbul pertanyaan pada kita bahwa teknologi industri yang bagaimana
seharusnya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, agar kita dapat mengejar
keterbatasan dan mempercepat ketertinggalan kita dari negara-negara yang sedang
berkembang lainnya.
Nurpilihan (2002) berpendapat bahwa teknologi dan industri
yang dibutuhkan masyarakat adalah teknologi dan industri yang tangguh dan kompetitif;
artinya adalah bahwa teknologi dan industri yang secara langsung dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara merata; menciptakan lapangan
pekerjaan dan selalu mendukung pertumbuhan sektor ekonomi baik ekonomi mikro
maupun ekonomi makro.
Teknologi yang diintroduksi pada masyarakat haruslah dapat
diterima dengan baik; penolakan masyarakat terhadap teknologi baru yang diintroduksi,
disebabkan karena teknologi tersebut tidak dapat memenuhi harapan dalam sistem
sosial yang berlaku di masyarakat. Namun penolakan ini dapat dicegah bila
introduksi teknologi merupakan pengembangan dari teknologi yang telah dikuasai
oleh petani. Penerapan teknologi pertanian selain harus berorientasi pada
industri juga harus pula memperoleh hasil yang jelas dan konkrit serta dapat meningkatkan
produktivitas disektor pertanian. Marak dan pesatnya pertumbuhan sektor
industri mengakibatkan menurunnya sumbangan sektor pertanian; namun hal ini
bukan berarti bahwa sektor pertanian tidak strategis lagi atau tidak
dibutuhkan. Sektor industri atau dengan kata lain industrilisasi yang kokoh
haruslah didukung oleh pertanian yang tangguh yaitu didukung oleh ketersediaan
sumber daya manusia dan sumber daya alam.
Di masa mendatang perkembangan sektor industri kian merebak
dan mempunyai karakteristik industri yang dinamis, artinya adalah industry haruslah
mempunyai daya saing tinggi dan bukan lagi ditentukan oleh besarnya kepemilikan
atau penguasaan terhadap sumber bahan baku, melainkan sudah mengarah pada pasar
dan kemampuan memberikan nilai tambah. Sumber daya manusia disektor industri
haruslah professional dalam pengertian mampu memenuhi tuntutan industrialisasi
pada saat ini, saat mendatang agar industri dapat terus berkembang.
Paradigma teknologi pertanian telah bergeser sejalan dengan
era pertanian menuju era industrialisasi, sehingga produk-produk teknologi
pertanian seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu: (1) efisien dan berdaya
saing; (2) produknya harus berkesinambungan; (3) berorientasi bisnis; (4)
mempunyai standar mutu dan dapat bersaing serta (5) berskala ekonomi
(Nurpilihan, 2002).
Melihat kecenderungan permasalahan di atas maka salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan adalah industri berbasis pertanian dalam arti
luas atau lebih dikenal dengan agroindustri. Pembangunan agroindustri haruslah
mempunyai keterkaitan kuat dengan sektor lainnya dan memiliki dampak luas
terhadap peningkatan nilai tambah, penyediaan lapangan kerja serta pemanfaatan,
pengembangan dan penggunaan teknologi pengolahan melalui keterkaitan yang
saling menguntungkan antara petani produsen dengan industri pengolahan serta
pembangunan ekonomi pedesaan.
Pembangunan industri berbasis teknologi pertanian seyogyanya
mengacu pada permintaan pasar, sejalan dengan itu maka industri pengolahan produk-produk
pertanian akan menjadi penting. Perpaduan antara teknologi industri pertanian
dengan pasar mencakup sebagai berikut (Tan, 2002) :
a) Teknologi
produksi yang meliputi: pengolahan tanah; persemaian; pemupukan; pemberian
irigasi penyiangan; pemberantasan hama dan penyakit serta input berupa
benih/bibit, pupuk, obat-obatan dan alat mesin pertanian
b) Teknologi
panen yang mencakup waktu, penggunaan alat panen seperti alat ciri kematangan
serta cara dan alat panen
c) Teknologi
pasca panen, yang meliputi pengangkutan, pembersihan, pencucian, sortasi,
grading, pengeringan / pembekuan, pengemasan dan penyimpanan, susut mutu dan
jumlah
d) Teknologi
pengolahan yang meliputi pencampuran, pemasakan, pendinginan, pengeringan,
penggorengan, pelapisan, pemangggangan, fermentasi, pengecilan ukuran,
pengemasan dan pengepakan, tata letak dan aliran produksi
e) Teknologi
distribusi dan perdagangan. Lima cakupan yang di atas menggambarkan bahwa
teknologi pertanian akan dimulai dari teknologi pra panen, teknologi panen dan
teknologi pasca panen, sementara teknologi distribusi dan perdagangan adalah
suatu bentuk mata rantai teknologi pemasaran atau lebih dikenal dengan agribisnis.
Teknologi
Dan Industri Sebagai Pilihan di Bidang Pertanian
Pengembangan teknologi memegang peranan utama dalam memacu
perkembangan industri; di bidang pertanian perkembangan industry dimaksud
adalah perkembangan agroindustri yang memerlukan langkah nyata untuk merangsang
investasi. Agroindustri merupakan proses mengubah komoditas pertanian primer
menjadi produk olahan yang akan mempunyai nilai tambah tinggi. Pengelolaan
produk pertanian yang menggunakan teknologi dan menuju industrialisasi sering
dianalogkan sebagai pertanian modern; analog ini ada yang sependapat dan ada
pula yang mempunyai pemikiran yang berbeda. Pada hakikatnya perubahan pertanian
yang tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi agroindustri
merupakan salah satu aspek penting dan pilihan dalam pembangunan.
Schumacher (1987) berpendapat bahwa keberhasilan teknologi
pertanian yang akan diintroduksi pada suatu daerah sangat tergantung dari
sumber daya manusia; sumber daya alam serta keadaan sosial ekonomi ; sementara pendekatan
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a) Pendekatan
teknis; yaitu suatu pendekatan yang berkaitan dengan kondisi geografis; sarana
dan prasarana untuk mendukung teknologi dimaksud cukup tersedia dan masyarakat
mampu menggunakan teknologi tersebut
b) Pendekatan
sosial; yaitu cara pendekatan sesuai dengan keadaan social budaya masyarakat
setempat, dan introduksi teknologi ini tidak menimbulkan keresahan, ataupun
pertentangan sosial masyarakat
c) Pendekatan
ekonomi; yaitu suatu pendekatan dimana teknologi baru tersebut secara finansial
terjangkau dan secara nyata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai
pengguna teknologi tersebut
d) Pendekatan
lingkungan; yaitu teknologi tersebut ramah lingkungan dan tidak mencemarkan
lingkungan
e) Pendekatan
politik; yaitu suatu pendekatan yang mendapat dukungan dari pemerintah atau political
will dari pemerintah secara jelas.
Salah satu kunci keberhasilan bila teknologi dan industri
sebagai pilihan di bidang pertanian adalah kualitas sumber daya manusia. Negara
berkembang seperti Singapura telah berhasil meningkatkan perekonomiannya;
walaupun negara ini tidak mempunyai sumber daya alam. Singapura berupaya keras
untuk membangun kualitas sumber daya manusia secara terus menerus; karena pemerintahnya
sadar sekali akan keadaan negaranya yang tidak mempunyai sumber daya alam.
Sebaliknya Indonesia yang mempunyai sumber daya alam yang berlimpah namun tidak
dikelola dengan baik yang artinya tidak menggunakan teknologi dan agroindustri
secara optimal, karena alasan tidak tersedianya sumber daya manusia sebagai
pelaku teknologi maka akan berdampak pada kecilnya pendapatan per kapita dari
rakyat. Seyogyanyalah pengembangan sumber daya manusia Indonesia di bidang
pertanian diarahkan pada penguasaan ilmu teknologi dan industri agar tepat
sasaran, dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas produk pertanian yang
dapat bersaing baik ditingkat domestik maupun ditingkat global
Meskipun teknologi pertanian spesifik wilayah telah teruji
keunggulannya dan aplikasinya dengan mudah dapat dilakukan oleh masyarakat
setempat tetapi menurut Nurpilihan (2007), ada beberapa faktor penghambat yang menjadikan
teknologi ini sulit diadopsi oleh masyarakat sasaran. Faktorfaktor penghambat
tersebut adalah:
a) Kesiapan
sumber daya manusia belum optimal atau belum siap untuknmenerima teknologi
dimaksud. Ketidaksiapan ini adalah disebabkan karena tingkat pendidikan dan
keterampilan petani yang merupakan pelaku teknologi masih rendah
b) Keadaan
sosial budaya petani yang amat sulit menerima informasi baru; selalu
mempertahankan budaya turun menurun dari leluhurnya yang telah mendarah daging
c) Aksesibilitas
informasi dan sarana prasarana yang sulit dijangkau menyebabkan teknologi
pertanian spesifik wilayah sukar berkembang
d) Sukarnya
merubah kelembagaan yang sudah mengakar dalam kegiatan pertanian, merupakan
penghambat dari pengembangan teknologi pertanian spesifik wilayah
Mengkaji pengertian-pengertian teknologi pertanian spesifik
wilayah di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi pertanian spesifik
wilayah adalah:
a) Teknologi
atau pengembangan teknologi yang sudah berakar pada masyarakat setempat
b) Teknologi
yang dikembangkan sangat tergantung dari komoditas unggulan setempat dengan
tujuan kualitas produk dapat ditingkatkan
c) Teknologi
dimaksud harus sesuai dengan kondisi lingkungan terutama kondisi sumber daya
manusia; keadaan geografis setempat dan lainnya
d) Teknologi
yang diintroduksi dapat diterima oleh masyarakat setempat dan tidak menimbulkan
pertentangan.
e) Teknologi
harus nyata dan konkrit serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN DI INDONESIA
Manusia selalu ingin perubahan yang menghendaki kemudahan
demi memenuhi kebutuhan hidupnya; sementara manusia tidak dapat dipisahkan
dengan teknologi, karena teknologi akan menyempurnakan proses-proses nilai
tambah. Tantangan besar teknologi industri di Indonesia adalah masalah
produktivitas tenaga kerja; karena sangat terkait dengan kemampuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi dan keterampilan sehingga pada
gilirannya akan mempengaruhi daya saing untuk meningkatkan sektor ekonomi.
Pengembangan teknologi industri pertanian di Indonesia
sangat tergantung dari penguasaan keterampilan, pengetahuan teknik dan kemampuan
organisatoris yang diperlukan agar teknologi industri dapat berfungsi dengan
baik. Umumnya pemanfaatan teknologi industry pertanian di Indonesia masih
kurang memadai karena sulitnya masyarakat untuk memperoleh informasi teknologi
industri yang mereka butuhkan.
Industrilisasi bukanlah diartikan untuk membangun pabrik
yang besar, namun yang lebih penting lagi adalah membangun sikap mental dan budaya
dari masyarakat. Khusus industrialisasi di sektor pertanian dapat diartikan
sebagai proses perubahan budaya dari agraris menuju kebudayaan industri. Walaupun
penerapan pengembangan teknologi industri pertanian mempunyai keunggulan-keunggulan
yang nyata dan dapat menaikkan nilai tambah bagi petani namun introduksi
teknologi ini di Indonesia perlu dikaji lebih lanjut.
SUMBER
DAYA ALAM, TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
Sumber
Daya Alam Di Bidang Pertanian
Produk pertanian seyogyanya memiliki daya saing tinggi agar
dapat bersaing di pasar global, untuk itu perlu pengembangan standar mutu
produk serta efisiensi di bidang usaha pertanian. Bila keadaan ini dapat
dicapai maka kemampuan bersaing dengan produk-produk luar diyakini dapat
tercapai. Peningkatan daya saing dapat dilakukan dengan pengembangan teknologi
yang tepat sesuai dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat sasaran.
Tersedianya komoditas unggulan komparatif daerah berdampak
persaingan yang unggul dengan daerahdaerah lainnya, karena komoditas pertanian
tersebut tidak terdapat pada daerah lain. Sebagai contoh buah manggis hanya
terdapat di daerah Sumatera bagian Selatan, sementara daerah-daerah lain di
Indonesia jarang sekali didapati buah manggis. Teknologi yang akhir-akhir
dikembangkan untuk buah manggis adalah bukan hanya untuk buahnya saja namun
yang lebih bernilai tambah tinggi adalah kulit manggis yang bila diolah akan
menjadi zat pewarna ataupun bahan obat-obatan serta bahan untuk kosmetik.
Pengembangan industri pertanian selain menggunakan teknologi juga harus
ditingkatkan secara bertahap dengan bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam
dan SDM yang kompeten sehingga mampu menjadi industri yang memiliki nilai
tambah yang tinggi.
Sumber daya alam dibagi menjadi dua bagian yaitu: (1).sumber
daya alam yang dapat diperbaharui serta; (2).sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Sumber daya alam di bidang pertanian secara umum (perkebunan;
kehutanan; perikanan dan pertanian) umumnya termasuk sebagai sumber daya alam
yang dapat diperbaharui (renewable resources).mSumber daya alam (SDA)
khususnya di bidang pertanian yang terus
menerus dapat diperbaharui merupakan comperatif advantage bagi
perkembangan industri agro.
Untuk menghasilkan nilai tambah tinggi di sektor pertanian harus
terjadi perubahan paradigma pembangunan pertanian yang mendasar yaitu orientasi
dari menghasilkan produk primer menjadi produk olahan.mTentunya perubahan ini
akan melibatkan teknologi industri di bidang pertanian. Komoditas primer yang
dihasilkan tanpa mengalami pengolahan yang menggunakan teknologi tidak akan
menghasilkan nilai tambah tinggi. Mengingat sebagian besar bekerja disektor
pertanian maka industrialisasi hendaklah berbasis pertanian dalam arti luas.
Sumber daya alam yang memiliki prospek pengembangan pada
masa mendatang merupakan peluang bagi penerapan teknologi tepat guna yang dapat
dikembangkan. Sumber daya alam dimaksud misalnya kedelai yang merupakan second
staple food di Indonesia; dapat dibuat tahu; tempe; kecap; susu dan tauco.
Bila kedelai tanpa diolah atau produk primer kemudian dijual maka harganya akan
rendah. Namun bila dijual setelah diolah atau produk olahan misalnya menjadi
tempe, tahu, kecap, susu dan tauco maka nilai tambahnya akan menjadi lebih
tinggi.
BEBERAPA
APLIKASI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN MENGGUNAKAN
Bidang
Teknologi Pangan
Masyarakat lebih menyukai produk pertanian seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran dalam bentuk segar untuk dikonsumsi, karena
banyak mengandung vitamin dan mineral dibandingkan dengan buah dan sayur yang
telah mengalami pengolahan.Pengolahan sayur dan buah seperti pengalengan (canning),
banyak menggunakan zat kimia tambahan dan kadang-kadang tidak terlepas dari
bahan pengawet yang dalam konsentrasi tertentu akan membahayakan kesehatan
manusia.
Produk pertanian misalnya sayuran, ikan, daging umumnya
tidak dapat bertahan lama, maka dilakukan pengolahan agar produk tersebut dapat
disimpan dalam waktu lama dan dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk yang
telah berubah. Industri skala kecil seperti industri rumah tangga sudah
menggunakan teknologi tepat guna , namun masih sangat sederhana , baik
peralatan maupun modal usaha. Teknologi pasca panen komoditas pertanian
dimaksudkan selain agar produk-produk dapat bertahan lama (long life),
juga memperkecil ukuran agar mudah
dikeringkan
dan mudah dikemas. Pengolahan produk primer menjadi produk sekunder atau
disebut produk olahan haruslah meningkatkan nilai tambah ekonomi dan memperluas
lapangan kerja.
Teknologi pasca panen merupakan rangkaian pekerjaan
pengangkutan, pembersihan, pencucian, sortasi, grading , pengeringan,
pembekuan, pengemasan dan penyimpanan. Sementara teknologi pengolahan produk
pertanian meliputi pekerjaan-pekerjaan pencampuran, pemasaran, pendinginan,
pengeringan, penggorengan, pelapisan, pemanggangan, fermentasi, pengecilan
ukuran, pengemasan, pengepakan, tata letak dan aliran produksi (Tan 2002)
Kecenderungan masa kini orang lebih suka makanan yang instan
dibandingkan makanan yang harus dimasak terlebih dahulu. Keadaan ini disebabkan
antara lain banyaknya ibu-ibu yang bekerja sepanjang hari sehingga tidak ada
waktu untuk memasak; selain itu juga pada beberapa komoditas pertanian makanan
yang dihasilkan industri makanan seperti makanan siap saji lebih praktis dan
terkesan lebih murah, khususnya untuk keluarga yang tidak mempunyai anggota
keluarga yang besar.
Makanan olahan mempunyai umur simpan yang lebih panjang
dibandingkan dengan makanan tanpa olahan. Biasanya produk pertanian yang diolah
adalah produk yang tidak tahan lama bila tidak diberi perlakuan pengolahan.
Pendinginan atau menyimpan produk pertanian di ruang pendingin akan menambah
ketahanan produk, namun bagi petani kecil cara ini tidak dapat dilakukan karena
umumnya para petani tidak mempunyai ruang pendingin (cold storage).
Biasanya yang dilakukan ketika tanamannya panen adalah menjual langsung kepada
tengkulak (midle man) sebelum produk tersebut busuk atau berubah warna.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mengolah produk-produk
tersebut seperti mengeringkan, mengasinkan, semaniskan dan membuat makanan siap
saji.
Buah tomat dan cabai merah merupakan hasil pertanian yang
tidak tahan lama; sehingga para petani berusaha untuk mencari teknologi tepat
guna yang dapat menaikkan nilai tambah kedua komoditas pertanian tersebut.
Biasanya tomat dibuat saus dan dijual ke pasaran berupa saus tomat; begitu pula
cabai merah yang diolah menjadi saus cabai. Industri makanan menangkap peluang
ini dan mencoba mencampur antara tomat dan cabai untuk menjadi saus cabai yang
dapat dikonsumsi masyarakat sebagai pangan siap saji. Secara umum dapat
dikatakan bahwa pembuatan saus cabai bukanlah terdiri dari bahan cabai belaka,
namun harus dicampur dengan bahan-bahan lainnya seperti tomat, garam, gula dan
rempah-rempah sesuai dengan kesukaan konsumen. Harga cabai merah sangat
fluktuatif, terkadang bisa mencapai Rp. 30.000,00 (tiga pulah ribu rupiah) per
kilogram.
Komoditi pertanian butuh teknologi pasca panen dan teknologi
pengolahan produk untuk mempertahankan kualitas serta meningkatkan nilai
tambah. Penelitian Nurpilihan., dkk (2005) menyimpulkan bahwa teknologi tepat
guna untuk pengawetan brokoli yang akan diekspor ke luar
negeri
seperti Singapura cukup hanya menggunakan es batu yang dimasukkan ke dalam
kotak sterio foam yang berisi brokoli; dan pengawetan ini bertahan selama 15
(lima belas) hari. Ekspor komoditas pertanian dari Indonesia ke negara-negara
berkembang seperti Singapura dan Jepang sangat menuntut kualitas yang sangat
prima dan akan menolak bila produk pertanian yang dikirim menggunakan bahan
kimia sebagai pengawet.
Penelitian Risnayadi (1997), mengungkapkan bahwa penerapam
teknologi tepat guna untuk mengolah makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) dapat
meningkatkan efisiensi pengolahan baik dilihat dari waktu maupun biaya. Alat
yang digunakan dalam penerapan teknologi tepat guna yang digunakan adalah alat
parut cepat, kompor tabung minyak tanah, wajan datar, oven besar dan mixer.
Semua alat-alat ini mudah didapat di desa dengan harga yang murah, sehingga
masyarakat sangat termotivasi untuk menggunakan teknologi tepat guna ini.
Bidang
Teknologi Rekayasa Alat Mesin Pertanian
Komoditas bidang pertanian dalam arti luas (perikanan,
pertanian, peternakan, perkebunan dan kehutanan) bila dikelola dengan baik
artinya menggunakan teknologi tinggi atau teknologi tepat guna akan berpotensi
untuk diperdagangkan bukan saja di dalam negeri tetapi juga ke luar negeri.Tanaman
kelapa dapat menghasilkan bermacam-macam produk seperti buahnya dapat dibuat
minyak kelapa, kopra, sementara tempurung kelapa di buat arang yang mempunyai
panas tahan lama dibandingkan dengan arang yang berasal dari kayu. Daun pohon
kelapa dapat dibuat janur, bungkus ketupat, sementara lidinya dapat dibuat sapu
lidi.
Mahalnya harga kayu sebagai bahan bangunan saat ini
menyebabkan orang sudah mulai melirik pohon kelapa untuk pengganti kayu sebagai
bahan bangunan rumah; malah bagi orang-orang yang mempunyai selera tinggi dan
mempunyai uang cukup, lebih menyukai mebel yang terbuat dari pohon kelapa.
Salah satu bagian dari tanaman kelapa adalah sabut kelapa yang bila tidak
dikelola lebih lanjut akan merupakan bahan yang tidak ada harganya, malah di
pasar-pasar tradisional sabut kelapa dibuang begitu saja atau di lahan tanaman
perkebunan kelapa limbah sabut kelapa menumpuk tanpa ada pengolahan lebih
lanjut; atau dapat juga dipakai sebagai bahan bakar. Maka masalah ini perlu
dicari pemecahannya, agar sabut kelapa mempunyai nilai tambah tinggi.
Rizal (2002) berpendapat bahwa penggunaan produk pengolahan
sabut kelapa adalah:
1.
Untuk digunakan sebagai peredam dan penahan panas pada industry pesawat
terbang;
2.
Untuk bahan pengisi bantalan kursi/jok pada industri otomotif;
3.
Sebagai bahan geotekstil untuk perbaikan kondisi tanah pada bendungan dan
saluran;
4.
Sebagai coco seat untuk kasur pengganti busa pada industri spring bed
dan
5.
Untuk industri rumah tangga,seperti sapu, sikat, keset dan lain-lain
Sabut kelapa mempunyai kadar selulosa tinggi sehingga sangat
sulit untuk terdekomposisi, dengan perkataan lain tidak dapat dibuat sebagai
bahan organik. Hasil olahan sabut kelapa dapat berupa serabut (coir fibre)
dan serbuk sabut kelapa (coco dust) yang dapat dimanfaatkan langsung
oleh industri.
Martosudirjo (2005) mengungkapkan beberapa permasalah pada
sabut kelapa yaitu: (1) belum tertanganinya potensi unggulan daerah di bidang agrobase
resources industries serta kesiapan masyarakat menghadapi era
industrialisasi dengan memanfaatkan teknologi tepat guna untuk memenuhi
permintaan global yang kecenderungannya meningkat dalam memanfaatkan
produk=produk berbahan baku alami; (2) penanganan lanjut melalui diversifikasi
produk dalam pengolahan serta kemasan memerlukan masukan teknologi agar dapat
memasuki pangsa pasar yang lebih luas; dan (3) untuk memperoleh nilai tambah
yang signifikan; kualitas yang memerlukan persyaratan standar diperlukan satu
system terintegrasi termasuk sistem transportasi yang efisien dan efektif.
Kinta (1999) berpendapat bahwa proses pengolahan sabut
kelapa membutuhkan disain alat mesin yang tepat guna ; dan dapat dirancang
sesuai dengan potensi sumber daya sabut kelapa untuk masing-masing daerah.
Beberapa teknologi alat mesin teknologi tepat guna di rancang berdasarkan jenis
ukuran adalah:
a.
Mesin pengolahan sabut kelapa dengan kapasitas 1000 butir sabut kelapa per hari
b.
Mesin pengolahan sabut kelapa dengan kapasitas 2000 butir sabut kelapa per hari
c.
Mesin pengolahan sabut kelapa dengan kapasitas 3000 butir sabut kelapa per hari
d.
Mesin
pengolahan sabut kelapa dengan kapasitas 4000 butir sabut kelapa per hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar