Kamis, 10 April 2014

MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK INDUSTRI PERTANIAN

TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN

Teknologi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan demi kepentingan dan kesejahteraan. Teknologi tidak terlepas dari sumber daya manusia dan sumber daya alam demi membangun kemandirian suatu bangsa dan ini hanya bisa dicapai kalau masyarakatnya menguasai teknologi.
Keberhasilan teknologi dapat diukur dari empat faktor yaitu:
a)     Teknologi harus menghasilkan nilai lebih, mempunyai kemampuan yang semakin bervariasi  ntuk memenuhi keperluan yang makin beragam, hemat dalam menggunakan sumber daya termasuk energi.
b)     Teknologi harus menghasilkan produktivitas ekonomi atau keuntungan finansial. Salah satu cara untuk menghitung produktivitas teknologi adalah menghitung rasio output rupiah. Teknologi yang tidak menghasilkan keuntungan atau nilai produktivitasnya kurang dari satu, disebut nonperforming atau tidak berkinerja; biasanya teknologi ini perkembangannya tidak berkelanjutan (sustainable).
c)     Teknologi harus dapat diterima oleh masyarakat pengguna; hal ini dibutuhkan agar bermanfaat bagi pengguna, disukai, mudah digunakan dapat diperoleh dengan mudah dan tidak bertentangan dengan kebiasaan pengguna, secara sosial, teknis dan ekonomis dapat diterima.
d)     Teknologi harus serasi dengan lingkungan agar keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat penggunanya serta berkesinambungan.
Industri dalam arti luas adalah penggunaan teknologi dalam memanfaatan sumber daya (sumber daya alam dan sumber daya manusia) yang tersedia secara efektif dan efisien serta menghasilkan kualitas yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Teknologi Industri Pertanian Dalam Pembangunan
Peranan dan pengaruh teknologi dalam perekonomian dunia dirasakan penting pada saat ini, alasannya adalah bahwa teknologi merupakan salah satu faktor penting bagi keunggulan-keunggulan negara maju yang mempunyai dasar industri yang kuat. Teknologi digunakan pula sebagai kunci untuk menguasai penggunaan kekayaan alam dan pengembangan industri yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi . Teknologi dan kualitas sumber daya manusia seperti dua belah mata uang; tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena manusia adalah pelaku dari teknologi. Dengan perkataan lain agar pertanian dapat kokoh dalam menunjang sektor industri maka petani sebagai sumber daya manusia dan pelaku di sektor pertanian seyogyanya menguasai teknologi walaupun teknologi tersebut adalah teknologi sederhana atau teknologi tepat guna.
Landasan teknologi pertanian yang mempunyai landasan tradisi baru perlu dikembangkan  pertanian yang mengarah pada industri yaitu efisiensi, produksi komoditi pertanian yang berkualitas serta menjaga keberlanjutan produk tetap harus dicapai. Efisiensi pada sektor pertanian haruslah dimulai dari teknologi pra panen, teknologi panen dan teknologi pasca panen.
Pengembangan teknologi pertanian haruslah menuju kearah industri agar nilai tambah tinggi; memang hal ini tidaklah semudah membalik telapak tangan, mengingat kurang siapnya sumberdaya manusia yang tersedia sebagai pelaku teknologi. Menurut Nurpilihan (2002), pekerja disektor pertanian umumnya berpendidikan rendah; sekitar 50 persen hanya tamat sekolah dasar, sehingga keadaan ini sering sekali menghambat teknologi baru yang akan diterapkan. Faktor lain yang juga menghambat perkembangan teknologi industri adalah belum optimalnya peta kebutuhan teknologi di setiap daerah yang mempunyai komoditi unggulan daerah. Penerapan teknologi yang akan diintroduksikan pada masyarakat sasaran seyogyanya dapat berdayaguna dan berhasilguna, maka untuk ituperlu dikembangkan teknologi pertanian yang merupakan  pengembangan dari teknologi yang sudah ada dan sudah dikenal pada masyarakat sasaran. Dalam era persaingan global ini timbul pertanyaan pada kita bahwa teknologi industri yang bagaimana seharusnya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, agar kita dapat mengejar keterbatasan dan mempercepat ketertinggalan kita dari negara-negara yang sedang berkembang lainnya.
Nurpilihan (2002) berpendapat bahwa teknologi dan industri yang dibutuhkan masyarakat adalah teknologi dan industri yang tangguh dan kompetitif; artinya adalah bahwa teknologi dan industri yang secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara merata; menciptakan lapangan pekerjaan dan selalu mendukung pertumbuhan sektor ekonomi baik ekonomi mikro maupun ekonomi makro.
Teknologi yang diintroduksi pada masyarakat haruslah dapat diterima dengan baik; penolakan masyarakat terhadap teknologi baru yang diintroduksi, disebabkan karena teknologi tersebut tidak dapat memenuhi harapan dalam sistem sosial yang berlaku di masyarakat. Namun penolakan ini dapat dicegah bila introduksi teknologi merupakan pengembangan dari teknologi yang telah dikuasai oleh petani. Penerapan teknologi pertanian selain harus berorientasi pada industri juga harus pula memperoleh hasil yang jelas dan konkrit serta dapat meningkatkan produktivitas disektor pertanian. Marak dan pesatnya pertumbuhan sektor industri mengakibatkan menurunnya sumbangan sektor pertanian; namun hal ini bukan berarti bahwa sektor pertanian tidak strategis lagi atau tidak dibutuhkan. Sektor industri atau dengan kata lain industrilisasi yang kokoh haruslah didukung oleh pertanian yang tangguh yaitu didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia dan sumber daya alam.
Di masa mendatang perkembangan sektor industri kian merebak dan mempunyai karakteristik industri yang dinamis, artinya adalah industry haruslah mempunyai daya saing tinggi dan bukan lagi ditentukan oleh besarnya kepemilikan atau penguasaan terhadap sumber bahan baku, melainkan sudah mengarah pada pasar dan kemampuan memberikan nilai tambah. Sumber daya manusia disektor industri haruslah professional dalam pengertian mampu memenuhi tuntutan industrialisasi pada saat ini, saat mendatang agar industri dapat terus berkembang.
Paradigma teknologi pertanian telah bergeser sejalan dengan era pertanian menuju era industrialisasi, sehingga produk-produk teknologi pertanian seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu: (1) efisien dan berdaya saing; (2) produknya harus berkesinambungan; (3) berorientasi bisnis; (4) mempunyai standar mutu dan dapat bersaing serta (5) berskala ekonomi (Nurpilihan, 2002).
Melihat kecenderungan permasalahan di atas maka salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah industri berbasis pertanian dalam arti luas atau lebih dikenal dengan agroindustri. Pembangunan agroindustri haruslah mempunyai keterkaitan kuat dengan sektor lainnya dan memiliki dampak luas terhadap peningkatan nilai tambah, penyediaan lapangan kerja serta pemanfaatan, pengembangan dan penggunaan teknologi pengolahan melalui keterkaitan yang saling menguntungkan antara petani produsen dengan industri pengolahan serta pembangunan ekonomi pedesaan.
Pembangunan industri berbasis teknologi pertanian seyogyanya mengacu pada permintaan pasar, sejalan dengan itu maka industri pengolahan produk-produk pertanian akan menjadi penting. Perpaduan antara teknologi industri pertanian dengan pasar mencakup sebagai berikut (Tan, 2002) :
a)     Teknologi produksi yang meliputi: pengolahan tanah; persemaian; pemupukan; pemberian irigasi penyiangan; pemberantasan hama dan penyakit serta input berupa benih/bibit, pupuk, obat-obatan dan alat mesin pertanian
b)     Teknologi panen yang mencakup waktu, penggunaan alat panen seperti alat ciri kematangan serta cara dan alat panen
c)     Teknologi pasca panen, yang meliputi pengangkutan, pembersihan, pencucian, sortasi, grading, pengeringan / pembekuan, pengemasan dan penyimpanan, susut mutu dan jumlah
d)     Teknologi pengolahan yang meliputi pencampuran, pemasakan, pendinginan, pengeringan, penggorengan, pelapisan, pemangggangan, fermentasi, pengecilan ukuran, pengemasan dan pengepakan, tata letak dan aliran produksi
e)     Teknologi distribusi dan perdagangan. Lima cakupan yang di atas menggambarkan bahwa teknologi pertanian akan dimulai dari teknologi pra panen, teknologi panen dan teknologi pasca panen, sementara teknologi distribusi dan perdagangan adalah suatu bentuk mata rantai teknologi pemasaran atau lebih dikenal dengan agribisnis.

Teknologi Dan Industri Sebagai Pilihan di Bidang Pertanian
Pengembangan teknologi memegang peranan utama dalam memacu perkembangan industri; di bidang pertanian perkembangan industry dimaksud adalah perkembangan agroindustri yang memerlukan langkah nyata untuk merangsang investasi. Agroindustri merupakan proses mengubah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan yang akan mempunyai nilai tambah tinggi. Pengelolaan produk pertanian yang menggunakan teknologi dan menuju industrialisasi sering dianalogkan sebagai pertanian modern; analog ini ada yang sependapat dan ada pula yang mempunyai pemikiran yang berbeda. Pada hakikatnya perubahan pertanian yang tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi agroindustri merupakan salah satu aspek penting dan pilihan dalam pembangunan.
Schumacher (1987) berpendapat bahwa keberhasilan teknologi pertanian yang akan diintroduksi pada suatu daerah sangat tergantung dari sumber daya manusia; sumber daya alam serta keadaan sosial ekonomi ; sementara pendekatan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a)     Pendekatan teknis; yaitu suatu pendekatan yang berkaitan dengan kondisi geografis; sarana dan prasarana untuk mendukung teknologi dimaksud cukup tersedia dan masyarakat mampu menggunakan teknologi tersebut
b)     Pendekatan sosial; yaitu cara pendekatan sesuai dengan keadaan social budaya masyarakat setempat, dan introduksi teknologi ini tidak menimbulkan keresahan, ataupun pertentangan sosial masyarakat
c)     Pendekatan ekonomi; yaitu suatu pendekatan dimana teknologi baru tersebut secara finansial terjangkau dan secara nyata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai pengguna teknologi tersebut
d)     Pendekatan lingkungan; yaitu teknologi tersebut ramah lingkungan dan tidak mencemarkan lingkungan
e)     Pendekatan politik; yaitu suatu pendekatan yang mendapat dukungan dari pemerintah atau political will dari pemerintah secara jelas.
Salah satu kunci keberhasilan bila teknologi dan industri sebagai pilihan di bidang pertanian adalah kualitas sumber daya manusia. Negara berkembang seperti Singapura telah berhasil meningkatkan perekonomiannya; walaupun negara ini tidak mempunyai sumber daya alam. Singapura berupaya keras untuk membangun kualitas sumber daya manusia secara terus menerus; karena pemerintahnya sadar sekali akan keadaan negaranya yang tidak mempunyai sumber daya alam. Sebaliknya Indonesia yang mempunyai sumber daya alam yang berlimpah namun tidak dikelola dengan baik yang artinya tidak menggunakan teknologi dan agroindustri secara optimal, karena alasan tidak tersedianya sumber daya manusia sebagai pelaku teknologi maka akan berdampak pada kecilnya pendapatan per kapita dari rakyat. Seyogyanyalah pengembangan sumber daya manusia Indonesia di bidang pertanian diarahkan pada penguasaan ilmu teknologi dan industri agar tepat sasaran, dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas produk pertanian yang dapat bersaing baik ditingkat domestik maupun ditingkat global
Meskipun teknologi pertanian spesifik wilayah telah teruji keunggulannya dan aplikasinya dengan mudah dapat dilakukan oleh masyarakat setempat tetapi menurut Nurpilihan (2007), ada beberapa faktor penghambat yang menjadikan teknologi ini sulit diadopsi oleh masyarakat sasaran. Faktorfaktor penghambat tersebut adalah:
a)     Kesiapan sumber daya manusia belum optimal atau belum siap untuknmenerima teknologi dimaksud. Ketidaksiapan ini adalah disebabkan karena tingkat pendidikan dan keterampilan petani yang merupakan pelaku teknologi masih rendah
b)     Keadaan sosial budaya petani yang amat sulit menerima informasi baru; selalu mempertahankan budaya turun menurun dari leluhurnya yang telah mendarah daging
c)     Aksesibilitas informasi dan sarana prasarana yang sulit dijangkau menyebabkan teknologi pertanian spesifik wilayah sukar berkembang
d)     Sukarnya merubah kelembagaan yang sudah mengakar dalam kegiatan pertanian, merupakan penghambat dari pengembangan teknologi pertanian spesifik wilayah
Mengkaji pengertian-pengertian teknologi pertanian spesifik wilayah di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi pertanian spesifik wilayah adalah:
a)     Teknologi atau pengembangan teknologi yang sudah berakar pada masyarakat setempat
b)     Teknologi yang dikembangkan sangat tergantung dari komoditas unggulan setempat dengan tujuan kualitas produk dapat ditingkatkan
c)     Teknologi dimaksud harus sesuai dengan kondisi lingkungan terutama kondisi sumber daya manusia; keadaan geografis setempat dan lainnya
d)     Teknologi yang diintroduksi dapat diterima oleh masyarakat setempat dan tidak menimbulkan pertentangan.
e)     Teknologi harus nyata dan konkrit serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat


PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN DI INDONESIA

Manusia selalu ingin perubahan yang menghendaki kemudahan demi memenuhi kebutuhan hidupnya; sementara manusia tidak dapat dipisahkan dengan teknologi, karena teknologi akan menyempurnakan proses-proses nilai tambah. Tantangan besar teknologi industri di Indonesia adalah masalah produktivitas tenaga kerja; karena sangat terkait dengan kemampuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi dan keterampilan sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi daya saing untuk meningkatkan sektor ekonomi.

Pengembangan teknologi industri pertanian di Indonesia sangat tergantung dari penguasaan keterampilan, pengetahuan teknik dan kemampuan organisatoris yang diperlukan agar teknologi industri dapat berfungsi dengan baik. Umumnya pemanfaatan teknologi industry pertanian di Indonesia masih kurang memadai karena sulitnya masyarakat untuk memperoleh informasi teknologi industri yang mereka butuhkan.
Industrilisasi bukanlah diartikan untuk membangun pabrik yang besar, namun yang lebih penting lagi adalah membangun sikap mental dan budaya dari masyarakat. Khusus industrialisasi di sektor pertanian dapat diartikan sebagai proses perubahan budaya dari agraris menuju kebudayaan industri. Walaupun penerapan pengembangan teknologi industri pertanian mempunyai keunggulan-keunggulan yang nyata dan dapat menaikkan nilai tambah bagi petani namun introduksi teknologi ini di Indonesia perlu dikaji lebih lanjut.

SUMBER DAYA ALAM, TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

Sumber Daya Alam Di Bidang Pertanian
Produk pertanian seyogyanya memiliki daya saing tinggi agar dapat bersaing di pasar global, untuk itu perlu pengembangan standar mutu produk serta efisiensi di bidang usaha pertanian. Bila keadaan ini dapat dicapai maka kemampuan bersaing dengan produk-produk luar diyakini dapat tercapai. Peningkatan daya saing dapat dilakukan dengan pengembangan teknologi yang tepat sesuai dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat sasaran.
Tersedianya komoditas unggulan komparatif daerah berdampak persaingan yang unggul dengan daerahdaerah lainnya, karena komoditas pertanian tersebut tidak terdapat pada daerah lain. Sebagai contoh buah manggis hanya terdapat di daerah Sumatera bagian Selatan, sementara daerah-daerah lain di Indonesia jarang sekali didapati buah manggis. Teknologi yang akhir-akhir dikembangkan untuk buah manggis adalah bukan hanya untuk buahnya saja namun yang lebih bernilai tambah tinggi adalah kulit manggis yang bila diolah akan menjadi zat pewarna ataupun bahan obat-obatan serta bahan untuk kosmetik. Pengembangan industri pertanian selain menggunakan teknologi juga harus ditingkatkan secara bertahap dengan bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam dan SDM yang kompeten sehingga mampu menjadi industri yang memiliki nilai tambah yang tinggi.

Sumber daya alam dibagi menjadi dua bagian yaitu: (1).sumber daya alam yang dapat diperbaharui serta; (2).sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam di bidang pertanian secara umum (perkebunan; kehutanan; perikanan dan pertanian) umumnya termasuk sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources).mSumber daya alam (SDA) khususnya di bidang pertanian yang terus  menerus dapat diperbaharui merupakan comperatif advantage bagi perkembangan industri agro.
Untuk menghasilkan nilai tambah tinggi di sektor pertanian harus terjadi perubahan paradigma pembangunan pertanian yang mendasar yaitu orientasi dari menghasilkan produk primer menjadi produk olahan.mTentunya perubahan ini akan melibatkan teknologi industri di bidang pertanian. Komoditas primer yang dihasilkan tanpa mengalami pengolahan yang menggunakan teknologi tidak akan menghasilkan nilai tambah tinggi. Mengingat sebagian besar bekerja disektor pertanian maka industrialisasi hendaklah berbasis pertanian dalam arti luas.
Sumber daya alam yang memiliki prospek pengembangan pada masa mendatang merupakan peluang bagi penerapan teknologi tepat guna yang dapat dikembangkan. Sumber daya alam dimaksud misalnya kedelai yang merupakan second staple food di Indonesia; dapat dibuat tahu; tempe; kecap; susu dan tauco. Bila kedelai tanpa diolah atau produk primer kemudian dijual maka harganya akan rendah. Namun bila dijual setelah diolah atau produk olahan misalnya menjadi tempe, tahu, kecap, susu dan tauco maka nilai tambahnya akan menjadi lebih tinggi.

BEBERAPA APLIKASI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN MENGGUNAKAN

Bidang Teknologi Pangan
Masyarakat lebih menyukai produk pertanian seperti buah-buahan dan sayur-sayuran dalam bentuk segar untuk dikonsumsi, karena banyak mengandung vitamin dan mineral dibandingkan dengan buah dan sayur yang telah mengalami pengolahan.Pengolahan sayur dan buah seperti pengalengan (canning), banyak menggunakan zat kimia tambahan dan kadang-kadang tidak terlepas dari bahan pengawet yang dalam konsentrasi tertentu akan membahayakan kesehatan manusia.

Produk pertanian misalnya sayuran, ikan, daging umumnya tidak dapat bertahan lama, maka dilakukan pengolahan agar produk tersebut dapat disimpan dalam waktu lama dan dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk yang telah berubah. Industri skala kecil seperti industri rumah tangga sudah menggunakan teknologi tepat guna , namun masih sangat sederhana , baik peralatan maupun modal usaha. Teknologi pasca panen komoditas pertanian dimaksudkan selain agar produk-produk dapat bertahan lama (long life), juga memperkecil ukuran agar mudah
dikeringkan dan mudah dikemas. Pengolahan produk primer menjadi produk sekunder atau disebut produk olahan haruslah meningkatkan nilai tambah ekonomi dan memperluas lapangan kerja.
Teknologi pasca panen merupakan rangkaian pekerjaan pengangkutan, pembersihan, pencucian, sortasi, grading , pengeringan, pembekuan, pengemasan dan penyimpanan. Sementara teknologi pengolahan produk pertanian meliputi pekerjaan-pekerjaan pencampuran, pemasaran, pendinginan, pengeringan, penggorengan, pelapisan, pemanggangan, fermentasi, pengecilan ukuran, pengemasan, pengepakan, tata letak dan aliran produksi (Tan 2002)
Kecenderungan masa kini orang lebih suka makanan yang instan dibandingkan makanan yang harus dimasak terlebih dahulu. Keadaan ini disebabkan antara lain banyaknya ibu-ibu yang bekerja sepanjang hari sehingga tidak ada waktu untuk memasak; selain itu juga pada beberapa komoditas pertanian makanan yang dihasilkan industri makanan seperti makanan siap saji lebih praktis dan terkesan lebih murah, khususnya untuk keluarga yang tidak mempunyai anggota keluarga yang besar.
Makanan olahan mempunyai umur simpan yang lebih panjang dibandingkan dengan makanan tanpa olahan. Biasanya produk pertanian yang diolah adalah produk yang tidak tahan lama bila tidak diberi perlakuan pengolahan. Pendinginan atau menyimpan produk pertanian di ruang pendingin akan menambah ketahanan produk, namun bagi petani kecil cara ini tidak dapat dilakukan karena umumnya para petani tidak mempunyai ruang pendingin (cold storage). Biasanya yang dilakukan ketika tanamannya panen adalah menjual langsung kepada tengkulak (midle man) sebelum produk tersebut busuk atau berubah warna. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mengolah produk-produk tersebut seperti mengeringkan, mengasinkan, semaniskan dan membuat makanan siap saji.

Buah tomat dan cabai merah merupakan hasil pertanian yang tidak tahan lama; sehingga para petani berusaha untuk mencari teknologi tepat guna yang dapat menaikkan nilai tambah kedua komoditas pertanian tersebut. Biasanya tomat dibuat saus dan dijual ke pasaran berupa saus tomat; begitu pula cabai merah yang diolah menjadi saus cabai. Industri makanan menangkap peluang ini dan mencoba mencampur antara tomat dan cabai untuk menjadi saus cabai yang dapat dikonsumsi masyarakat sebagai pangan siap saji. Secara umum dapat dikatakan bahwa pembuatan saus cabai bukanlah terdiri dari bahan cabai belaka, namun harus dicampur dengan bahan-bahan lainnya seperti tomat, garam, gula dan rempah-rempah sesuai dengan kesukaan konsumen. Harga cabai merah sangat fluktuatif, terkadang bisa mencapai Rp. 30.000,00 (tiga pulah ribu rupiah) per kilogram.
Komoditi pertanian butuh teknologi pasca panen dan teknologi pengolahan produk untuk mempertahankan kualitas serta meningkatkan nilai tambah. Penelitian Nurpilihan., dkk (2005) menyimpulkan bahwa teknologi tepat guna untuk pengawetan brokoli yang akan diekspor ke luar
negeri seperti Singapura cukup hanya menggunakan es batu yang dimasukkan ke dalam kotak sterio foam yang berisi brokoli; dan pengawetan ini bertahan selama 15 (lima belas) hari. Ekspor komoditas pertanian dari Indonesia ke negara-negara berkembang seperti Singapura dan Jepang sangat menuntut kualitas yang sangat prima dan akan menolak bila produk pertanian yang dikirim menggunakan bahan kimia sebagai pengawet.
Penelitian Risnayadi (1997), mengungkapkan bahwa penerapam teknologi tepat guna untuk mengolah makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) dapat meningkatkan efisiensi pengolahan baik dilihat dari waktu maupun biaya. Alat yang digunakan dalam penerapan teknologi tepat guna yang digunakan adalah alat parut cepat, kompor tabung minyak tanah, wajan datar, oven besar dan mixer. Semua alat-alat ini mudah didapat di desa dengan harga yang murah, sehingga masyarakat sangat termotivasi untuk menggunakan teknologi tepat guna ini.

Bidang Teknologi Rekayasa Alat Mesin Pertanian
Komoditas bidang pertanian dalam arti luas (perikanan, pertanian, peternakan, perkebunan dan kehutanan) bila dikelola dengan baik artinya menggunakan teknologi tinggi atau teknologi tepat guna akan berpotensi untuk diperdagangkan bukan saja di dalam negeri tetapi juga ke luar negeri.Tanaman kelapa dapat menghasilkan bermacam-macam produk seperti buahnya dapat dibuat minyak kelapa, kopra, sementara tempurung kelapa di buat arang yang mempunyai panas tahan lama dibandingkan dengan arang yang berasal dari kayu. Daun pohon kelapa dapat dibuat janur, bungkus ketupat, sementara lidinya dapat dibuat sapu lidi.
Mahalnya harga kayu sebagai bahan bangunan saat ini menyebabkan orang sudah mulai melirik pohon kelapa untuk pengganti kayu sebagai bahan bangunan rumah; malah bagi orang-orang yang mempunyai selera tinggi dan mempunyai uang cukup, lebih menyukai mebel yang terbuat dari pohon kelapa. Salah satu bagian dari tanaman kelapa adalah sabut kelapa yang bila tidak dikelola lebih lanjut akan merupakan bahan yang tidak ada harganya, malah di pasar-pasar tradisional sabut kelapa dibuang begitu saja atau di lahan tanaman perkebunan kelapa limbah sabut kelapa menumpuk tanpa ada pengolahan lebih lanjut; atau dapat juga dipakai sebagai bahan bakar. Maka masalah ini perlu dicari pemecahannya, agar sabut kelapa mempunyai nilai tambah tinggi.
Rizal (2002) berpendapat bahwa penggunaan produk pengolahan sabut kelapa adalah:
1. Untuk digunakan sebagai peredam dan penahan panas pada industry pesawat terbang;
2. Untuk bahan pengisi bantalan kursi/jok pada industri otomotif;
3. Sebagai bahan geotekstil untuk perbaikan kondisi tanah pada bendungan dan saluran;
4. Sebagai coco seat untuk kasur pengganti busa pada industri spring bed dan
5. Untuk industri rumah tangga,seperti sapu, sikat, keset dan lain-lain
Sabut kelapa mempunyai kadar selulosa tinggi sehingga sangat sulit untuk terdekomposisi, dengan perkataan lain tidak dapat dibuat sebagai bahan organik. Hasil olahan sabut kelapa dapat berupa serabut (coir fibre) dan serbuk sabut kelapa (coco dust) yang dapat dimanfaatkan langsung oleh industri.
Martosudirjo (2005) mengungkapkan beberapa permasalah pada sabut kelapa yaitu: (1) belum tertanganinya potensi unggulan daerah di bidang agrobase resources industries serta kesiapan masyarakat menghadapi era industrialisasi dengan memanfaatkan teknologi tepat guna untuk memenuhi permintaan global yang kecenderungannya meningkat dalam memanfaatkan produk=produk berbahan baku alami; (2) penanganan lanjut melalui diversifikasi produk dalam pengolahan serta kemasan memerlukan masukan teknologi agar dapat memasuki pangsa pasar yang lebih luas; dan (3) untuk memperoleh nilai tambah yang signifikan; kualitas yang memerlukan persyaratan standar diperlukan satu system terintegrasi termasuk sistem transportasi yang efisien dan efektif.

Kinta (1999) berpendapat bahwa proses pengolahan sabut kelapa membutuhkan disain alat mesin yang tepat guna ; dan dapat dirancang sesuai dengan potensi sumber daya sabut kelapa untuk masing-masing daerah. Beberapa teknologi alat mesin teknologi tepat guna di rancang berdasarkan jenis ukuran adalah:
a. Mesin pengolahan sabut kelapa dengan kapasitas 1000 butir sabut kelapa per hari
b. Mesin pengolahan sabut kelapa dengan kapasitas 2000 butir sabut kelapa per hari
c. Mesin pengolahan sabut kelapa dengan kapasitas 3000 butir sabut kelapa per hari
d. Mesin pengolahan sabut kelapa dengan kapasitas 4000 butir sabut kelapa per hari

Tidak ada komentar: